0pera toto

paito sgp 2024 - Hizbullah Pasca

2024-10-09 20:35:54

paito sgp 2024,idwin77,paito sgp 2024
Hizbullah Pasca-Nasrallah dan Hasyim Sofiyuddin
Ilustrasi MI(MI/Duta)

KONFLIK Israel-Hizbullah makin panas. Strategi asasinasi Israel terhadap top leaderHizbullah berlanjut. Hasyim Shofiyuddin, tokoh yang diyakini sebagai pengganti Hasan Nasrallah, yang bahkan belum diumumkan ke publik, diyakini tewas dalam serangan udara besar-besaran Israel di pinggiran kota Beirut (4/10). Ia merupakan keponakan Nasrallah sekaligus besan dari jenderal Iran Qasim Sulaemani. Ia merupakan anggota Majlis Syura dan anggota Dewan Keputusan Hizbullah. Ia dikenal sangat dekat dengan Nasrallah dan Iran.

Sebelumnya kabar menghentak bahwa Sekjend Hizbullah, Sayyid Hasan Nasrallah, jadi target dari serangan Israel (27/9/24). Persembunyian Nasrallah dibombardir 85 ton bom kualitas tinggi dari udara yang mengakibatkan kehancuran parah area itu serta menewaskan tokoh vokal itu dan sejumlah korban lain.

Selesai sudah Hizbullah di bawah kepemimpinan Sayyid Hasan Nasrallah selama 32 tahun dan selesai sudah kepemimpinan Hasyim Shofiyuddin yang belum seumur jagung. Penulis mengikuti betul pidato-pidato heroik Nasrallah yang sebagian besar menggelorakan perlawanan, kecaman, dan ancaman terhadap Israel dan Amerika, tetapi penulis sejauh ini tidak mengetahui tentang Shofiyuddin.

Baca juga : Jokowi Imbau Semua Negara Dialog untuk Bahas Kondisi Timur Tengah

Israel menggencarkan strategi asasinasi para komandan militer dan pemimpin politik Hizbullah dari level menengah hingga pucuk pimpinan Hizbullah. Sebelum kematian Nasrallah, serangan Israel telah menewaskan hampir seluruh pimpinan teras Hizbullah, termasuk Fuad Syukr (orang kedua), Ibrahim Aqil (orang ketiga), dan Ali Karaki. Tiga tokoh itu bersama Nasrallah ialah top leaderdari kelompok yang berkiblat pada Vilayet al-Faqih itu.

 

Psikologi Israel

Baca juga : Serangan Israel di Lebanon selatan Tewaskan Warga Sipil

Israel ialah negara yang dikenal sangat sensitif dengan isu keamanan. Hal itu disebabkan pengalaman sejarahnya yang panjang yang diwarnai oleh rangkaian perang besar. Mereka merasa kehidupan mereka selalu dalam ancaman oleh bangsa-bangsa di sekitarnya. Karena itu, mereka membangun kekuatan dan teknologi militer mereka melesat jauh di atas rata-rata kemampuan militer negara di kawasan tersebut. 

Pikiran sensitif dan keunggulan militer Israel itu kemudian menimbulkan sikap agresif berlebihan. Merasa paling tersakiti, paling terzolimi, dan paling berhak membela diri jadi alasan sikap agresif Israel untuk membabat lawan-lawannya secara keras. Banyaknya korban kemanusiaan dari masyarakat nonkombatan sebagai ekses dari agresivitas itu tidak dipedulikan lagi.

Peristiwa serangan Hamas 07 Oktober 2023 memperparah psikologi 'tersakiti' Israel. Israel jadi kalap terhadap setiap potensi keamanan. Mereka sama sekali tak mau berkompromi dengan situasi yang dianggapnya mengancam. Maka itu, serangan-serangan lintas perbatasan makin merajalela. Operasi intelejen di negara-negara tetangganya makin digencarkan. Dari keunggulan dan keberhasilan intelejen itulah, Israel menggencarkan operasi-operasi taktis terhadap musuh-musuhnya.

Baca juga : Blinken akan Tur ke Timur Tengah untuk Cegah Perang Memanas

Kalapnya Israel telah meluluhlantahkkan Gaza sejak 8 Oktober 2023 yang belum berhenti hingga sekarang. Di tengah situasi perang penuh emosi di wilayah selatan itu, Hizbullah membuka front perlawanan di utara sebagai front pendukung Gaza. Maka itu, kemarahan Israel terhadap Hizbullah sebenarnya sudah lama dan Israel sudah lama pula menyatakan akan menyerang Hizbullah.

Hizbullah tentu sudah sangat siap dengan skenario perang sebagaimana sebelumnya. Namun, di luar dugaan, Israel mengkreasikan serangan taktis terhadap para pemimpin, arsenal persenjataan, dan serangan aneh melalui alat komunikasi Hizbullah. Hizbullah tidak siap dengan skenario itu. Bahkan, mereka tak mampu melindungi para pemimpin teras mereka. Masa depan Hizbullah sebagai poros perlawanan dan kekuatan Syiah pasca-Nasrallah dan Shofiyuddin dalam pertanyaan besar.

Keretakan dan trust issue mewarnai hubungan antara para penggawa dan barisan Hizbullah sehingga sangat mengganggu soliditas dan konsolidasi Hizbullah. Kematian para pemimpin mereka secara taktis diduga kuat karena ada orang-orang Mossad menyusup di antara mereka atau di sekeliling mereka. Saling curiga dan canggung itu membuat konsolidasi ulang Hizbullah makin sulit.

Baca juga : Aksi Israel di libanon Dikhawatirkan Makin Ganggu Stabilitas Keamanan di Timur Tengah

 

Nyala perlawanan?

Pertanyaan yang segera muncul pascakematian Nasrallah dan Shofiyuddin ialah siapa pemimpin Hizbullah berikutnya? Ada satu nama menonjol, yaitu Naim Qashim, yang beberapa waktu terakhir sering 'mewakili' Nasrallah di publik. Ia bisa dikatakan sebagai wakil dari Nasrallah dan Ketua Pelaksana Hizbullah. Namun, ia sudah dikenal luas yang tentu kurang cocok dalam situasi sekarang.

Pertanyaan selanjutnya ialah apakah Hizbullah akan merevisi arah ideologi perlawanan mereka terhadap Israel serta mengubah strategi mereka pascapukulan telak beruntun itu? Jawaban sederhananya tidak. Hizbullah tidak akan merevisi ideologi perlawanan mereka sedikit pun. Nyala ideologi perlawanan itu ialah roh dan napas dari kelompok itu. Ideologi perlawananlah yang melahirkan kelompok tersebut dan yang menyatukan kelompok itu. Itu sepertinya tak akan pudar. 

Namun, harus disadari pula bahwa Hizbullah memiliki loyalitas begitu besar sekaligus ketergantungan pada patron satu-satunya, yaitu Iran. Strategi perlawanan baru yang dikreasikan pasti akan dikoordinasikan dengan Teheran. Dari pernyataan-pernyataan Teheran, tampak jelas bahwa negeri itu tidak sepenuhnya mau berhadapan dengan Israel yang didukung AS dalam arena perang langsung dan terbuka saat ini. Perang lawan Israel pasti sudah dipersiapkan Iran jauh-jauh hari, tetapi Iran mungkin melihat saat ini bukan momentum yang tepat.

Iran secara de factodipimpin oleh Rahbar Ali Khamenei. Pola pengambilan keputusan oleh tokoh itu cenderung sabar, penuh pertimbangan, cerdik, dan rasional. Iran telah melakukan pembalasan besar-besaran ke Israel sebagai balasan atas kematian Nasrallah, Haniyyeh, dan sejumlah petinggi Garda Revolusi Iran (1/10/24).

Serangan itu mengirimkan dua pesan sekaligus. Pesan pertama kepada musuhnya, bahwa negara itu punya kapasitas yang tidak bisa dipandang enteng ketika nanti terlibat perang terbuka melawan Israel dan aliansinya. Pesan kedua, diarahkan kepada proksi dan pengikutnya bahwa Iran tidak meninggalkan mereka dan memiliki kemauan serta kemampuan untuk menghadapi musuh-musuh mereka.   

Pascaserangan besar itu, Teheran kemungkinan mengarahkan proksi-proksinya untuk membangun strategi baru guna memulihkan keseimbangan power dan deterrence yang terasa hilang. 'Pertunjukan' kemampuan spionase dan teknologi informasi Israel jelas berat untuk diimbangi oleh barisan proksi-proksi Iran saat ini. Maka itu, nyala perlawanan terhadap Israel kemungkinan akan dirawat dengan cara yang berbeda. Wallaualam